

Pergaulan Bebas, Tidak Membebaskan
Era Pergaulan bebas di Indonesia sering terjadi di kota-kota besar seperti Jabodetabek, dari data badan kependudukan dan keluarga berencana nasional pada tahun 2010, remaja yang telah hilang keperawanannya mencapai 51%, sementara di kota lain seperti Surabaya 54%, Medan 52%, Bandung 47%, dan Yogyakarta 42%, dan pada tahun 2013 sekitar 64 juta remaja di Indonesia rentan memiliki perilaku seks bebas serta penggunaan zat tropika. Menurut penelitian yang dilakukan di negara bagian North Carolina, Amerika Serikat menemukan bahwa keterkaitan antara suguhan seks melalui media dengan perilaku seks di kalangan remaja. Tayangan tersebut tidak hanya berupa film yang tayang di televisi saja loh! Tetapi, juga bisa melalui majalah, musik dan pertunjukan. Kelompok remaja yang paling banyak mendapat dorongan seksual dari media cenderung melakukan seks pada usia rentan 14 hingga 17 tahun. (https://jdih.sukoharjokab.go.id)
Edukasi urgent saat ini yang perlu dipertimbangkan adalah pemberian soft skill secara intensif untuk para pemuda. Hal ini dikarenakan usia-usia remaja masih dominan memiliki sifat yang labil dan masih mencari jati diri. Para pemuda sebaiknya diberikan edukasi salah satunya, yaitu tentang pergaulan bebas di sekolah-sekolah atau bekerja sama dengan instansi lainnya seperti puskesmas, dinas kepemudaan, kepolisian, dan lain-lain. Remaja saat ini belum paham apa dampak negative besar yang ditimbulkan akibat pergaulan bebas.
Mengapa Pergaulan Bebas Bukan Kemerdekaan?
Pertama karena pergaulan bebas mengakibatkan hilangnya identitas diri: Terlalu larut dalam pergaulan bebas dapat membuat seseorang kehilangan jati dirinya. Tekanan untuk mengikuti tren dan norma kelompok seringkali mengaburkan identitas dan tujuan hidup yang sebenarnya. Kedua, kerentanan terhadap pengaruh negatif: Lingkungan pergaulan bebas seringkali dipenuhi oleh pengaruh-pengaruh negatif seperti narkoba, seks bebas, dan tindakan kriminal. Hal ini dapat merusak kesehatan fisik, mental, dan sosial seseorang. Ketiga, merusak hubungan sosial: Pergaulan bebas yang tidak sehat dapat merusak hubungan dengan keluarga, teman, dan orang-orang terdekat. Kepercayaan dan keintiman dalam hubungan menjadi sulit dibangun. Keempat, dampak psikologis: Perasaan bersalah, malu, dan kecemasan seringkali menghantui individu yang terlibat dalam pergaulan bebas. Hal ini dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan. Kelima, menghambat prestasi: Fokus yang terpecah akibat pergaulan bebas dapat menghambat prestasi di bidang pendidikan maupun karier.
Apa yang Sebenarnya Membebaskan?
Pertama, harus mau menerima diri sendiri: Kemerdekaan sejati dimulai dari penerimaan terhadap diri sendiri, kelebihan dan kekurangannya. Kedua, Memiliki Tujuan Hidup: Memiliki tujuan hidup yang jelas memberikan arah dan motivasi dalam hidup. Ketiga, membangun hubungan yang sehat: Membina hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan orang-orang terdekat memberikan dukungan dan kekuatan. Keempat, menjaga kesehatan: kesehatan fisik dan mental yang baik adalah kunci untuk menjalani hidup yang berkualitas. Kelima, mengembangkan potensi diri: Mengembangkan minat dan bakat secara optimal dapat memberikan kepuasan dan kebahagiaan.
Pergaulan yang baik sebenarnya tidak mudah dan juga tidak sulit, yang jelas hal tersebut bergantung dari diri kita sendiri serta bagaimana kita menempatkan diri dengan baik dalam lingkungan sekitar. Bergaul bukan hanya untuk ketenaran dan kesenangan tetapi untuk membentuk pribadi yang baik untuk masyarakat serta sesama. Pada intinya pergaulan bebas adalah tentang kebebasan memilih, namun kebebasan ini harus diiringi dengan tanggung jawab yang besar, kita harus menyadari bahwa setiap pilihan yang kita ambil akan memiliki konsekuensi, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh karna itu, penting untuk senantiasa bersikap bijak, bertanggung jawab, dan tidak terjerumus dalam pergaulan bebas.
Pergaulan bebas bukanlah sinonim dengan kebebasan. Sebaliknya, ia seringkali menjadi belenggu yang membatasi seseorang dari meraih potensi sebenarnya. Kemerdekaan sejati terletak pada kemampuan untuk hidup sesuai nilai-nilai dan prinsip diri sendiri, serta membangun hubungan yang sehat dengan orang lain.